Sudah lama tidak pulang kampung memakai jasa kereta api, kali ini aku
berniat untuk menggunakan jasa kereta api. Seperti biasanya sebelum membeli
tiket kereta api harus menjalankan ritual yang amat sangat penting yaitu,
mengisi formulir terlebih dahulu. Tanggal keberangkatan dan nama kereta api
sengaja tidak diisi karena untuk mengantisipasi jika tiket tidak tersedia,
karena formulir tidak boleh dicoret.
"Lho mbak
tanggalnya kok belum terisi?".kata seorang bapak begitu melihat
formulirku.
"Oh sengaja pak,
karena biar tidak ganti-ganti formulir lagi apabila tiket tidak tersedia."
kataku menjelaskan.
Begitu tiba giliranku ternyata benar prediksiku,
" Kereta apa mbak
yang tersedia untuk besok ke Surabaya?" tanyaku pada petugas.
" Oh sebentar ya
mbak saya check dulu."kata petugasnya.
Selang 1 menit kemudian mbaknya bilang,
"Ke Surabaya
besok tidak ada mbak sudah penuh."kata petugasnya.
"Kalau begitu
untuk sabtu kereta apa yang ada?" tanyaku kali ini dengan sedikit panik.
Menunggu dengan hati yang berdebar-debar seperti nunggu hasil ujian,
"Ada Gumarang
mbak." kata petugasnya
"Ya sudah mbak
saya ambil Gumarang." kataku dengan lega.
"Berapa
mbak?" aku menanyakan harganya.
"Rp 240000
mbak." jawab petugasnya.
Alhamdulillah sedikit lega akhirnya mendapatkan tiket untuk pulang kampung.
Beberapa waktu yang lalu aku juga naik Gumarang ketika pulkam (pulang kampung)
tapi harganya tak melonjak seperti sekarang, terakhir kali naik dari Jakarta
harganya Rp 160000 tapi kali ini sudah mencapai 200-an lebih.
Tepat hari sabtu pukul 14:30 aku berangkat menuju stasiun, sesampai di
stasiun aku menunggu seorang teman untuk sekedar cipika-cipiki sebelum pulang.
Sepuluh menit kemudian dia datang, sambil nunggu keberangkatan kereta kami
asyik ngobrol,
"Berapa kak harga
tiket ke Surabaya?" tanya Ira padaku.
"Rp 240000, Ra,
entahlah kenapa harga tiket ke Surabaya begitu mahal." jawabku
"Kira-kira kenapa
ya?tanyanya lagi
"Iya ya kenapa,
Yogyakarta aja hanya Rp 140000, lebih murah kan?
Aku masih belum tahu kenapa harga tiket begitu melonjak, saat pengumuman
bahwa kereta sudah datang dan penumpang di harapkan untuk masuk ke dalam peron
aku pun masih memikirkannya. Setelah pemeriksaan tiket langsung menuju peron.
Wah full nich nanti kelihatannya,
pikirku.
Begitu masuk dalam kereta dan menata barang bawaan aku baru menyadari t
kondisi kereta, ternyata ber-AC, aku pun bertanya pada ibu yang duduk di
seberang,
"Ini bisnis atau
eksekutif?" tanyaku parno
"Oh ini bisnis
mbak." jawab ibu itu singkat.
Alhamdulillah, maklumlah sedikit parno karena barang yang ku bawa banyak
tidak lucu kan kalau salah tempat duduk bisa kerja dua kali. Terakhir naik
Gumarang kelas bisnis tidak ber-AC seperti sekarang ini. Bangku disamping masih
kosong aku berharap ini akan kosong selama perjalananku. Stasiun-stasiun
berikutnya bangku di samping masih kosong, alhamdulillah do'aku terkabul
sepanjang ini. Aku mengamati penumpang, ibu yang ada di seberang yang ku tanya
ibunya agak-agak eksklusif gitu, pasang tampang jutek gitu. Justru ibu yang welcome
adalah ibu yang ada di depannya, kami ngobrol akrab meskipun bangkunya agak
berjauhan.
Karena bangku disampingku masih kosong so
aku tidak punya teman untuk diajak ngobrol, nyamannya tempat duduk karena tidak
ada yang mengganggu tapi aku merasa sepi. Mengusir sepi dengan bermain laptop
aku berusaha membuat senyaman mungkin perjalananku ini. Menulis blog dan
posting, buka akun FB(facebook) dan media social lainnya yang aku punya.
Beruntung aku karena FB begitu rame apalagi group rumpian 3E. Sayang tidak ada
colokan seperti kereta senja utama Yogyakarta, jadi aku hanya bisa menggunakan
laptop tercinta sebatas baterai, ketika baterai habis aku harus mengakhiri
percakapan melalui dunia maya. Setelah baterai laptop habis aku ganti dengan
HP, lumayanlah aku masih bisa berselancar di dunia maya dengan HP meski HP ini
tidak canggih-canggih amat.
Bermain dengan gadget-gadget ini membuat mataku mulai meredup di tambah
lagi tempat duduk yang kosong jadi membuat aku semakin nyaman untuk tidur. Aku
merebahkan tubuhku dengan kaki sedikit tertekuk, hmm nyaman.
Pukul satu dini hari aku bangun dan mengganti posisi tidur dengan duduk,
alhasil bapak yang ada di depan sana duduk disampingku karena tempatnya yang
sempit membuat dia pindah ketempatku,
"Permisi mbak
bisa saya duduk disini?" tanya si bapak
"Oh silahkan!
jawabku
Setelah itu kami hanya terdiam dan melanjutkan tidurku karena memang mata
ini masih berat. Meskipun ngantuk aku hanya mampu tidur selama 30 menit karena
keadaan sekitar berisik, penumpang-penumpang banyak yang turun ternyatata sudah
hampir sampai di cepu.
"Turun mana
mbak?" tanya si bapak.
"Babat, pak!
jawabku singkat
Ibu yang duduk di seberang menyela,
"Wah cepat ya
mbak sudah hampir sampai Cepu." kata ibu itu
"Iya bu! jawabku
"Biasanya jam
segini baru sampai di Semarang!" jelas ibu tadi
"Mbaknya Jakarta
asli? tanya si bapak
"Oh bukan!"
kataku.
"Jakarta tinggal
dimana, mbak?" tanya ibu tadi
"Di depok, bu!
jawabku
"Kuliah
mbak?" tanya ibu lagi
"Alhamdulillah
iya bu!" jawabku
"Anak saya yang
pertama juga kuliah!" jelas ibu tadi
"Oh ya,
dimana?" tanyaku
"Di dekat Senen
swasta kok mbak!" jawab sang ibu
"Ibu tinggal
dimana di Jakarta?"
"Di daerah Menteng!
"kerja apa bu?
tanyaku penasaran
"Ibu ini perawat
dan istri polisi, mbak!" bapak yang disamping yang menjawab.
Akhirnya kami ngobrol bertiga, begitu akrab. Si ibu bercerita kalau memilki
empat orang anak, dua perempuan dan dua orang laki-laki. Yang pertama kuliah
yang kedua dan ketiga masih duduk dibangku SMP(Sekolah Menengah Pertama) dan
yang terakhir masih kelas satu SD(Sekolah Dasar). Si kecil ini kembar tapi
kembarannya meninggal karena waktu dalam kandungan perkembangan janinnya sangat
lambat dan begitu lahir beberapa hari dia meninggal. Sedangkan si kecil ini
memiliki kelainan seperti cacat mental oleh sebab itu dia merasa tidak percaya
diri tapi tidak begitu kentara. Setelah bercerita ibu tadi membangunkan si
kecil karena 30 menit lagi sampai di stasiun Babat.
"Barangnya banyak
kok tidak bawa pembantu sich mbak?" canda bapak yang ada di sampingku.
"Walah pak entar
saya bayar lebih mahal dong pak!" candaku kembali
"Sini mbak saya
bantuin mengeluarkan kopernya, nanti mbaknya jalan keluar saja biar saya yang
nurunin kopernya."kata bapak tadi
"Alhamdulillah,
bapak baik dech hehehe!" candaku
Tanpa diminta si bapak tadi bercerita,
"Lebih tinggi
saya daripada suaminya ibu tadi! kata si bapak
Aku mencerna kata-katanya,
"Oh jadi bapak
polisi juga, jadi sekarang juga polisi dong? tanyaku
"Oh sudah tidak,
saya sudah keluar! jawab bapak tadi.
"Pensiun dini
maksudnya? tanyaku penasaran.
"Iya mbak!
katanya
"Sekarang sibuk
apa?" tanyaku
"Saya sibuk
keluyuran." kata bapak tadi
"Saya itu berburu
barang-barang antik. Ini juga sedang berburu batu delima, orang yang
memilikinya apabila 'di bacok' tidak mempan. Kemarin juga di praktekan tapi
saya kalah 50juta sekarang pulang tinggal bawa satu juta." jelas bapak
tadi
"Kira-kira berapa
pak harganya?tanyaku tertarik.
"Harganya
500juta, ini harga yang mustahil tentunya bagi orang yang awam! kata si bapak.
"Banyak teman
saya yang protes buat apa buang-buang duit untuk hal yang semacam
itu."Kata bapak tadi.
"Istri saya
sering marah-marah pada saya karena sering kalah." tambah bapak tadi.
"Sulit dijelaskan
tapi ini adalah masalah kepuasan, mbak."Kata si bapak.
Pembicaraan kami terpotong karena stasiun Babat sudah sampai. Bapak tadi
membantu mengangkat koper.
"Alhamdulillah,
terima kasih bapak, sampai jumpa kembali!" kataku
"Iya mbak
hati-hati ya mbak!"bapak tadi.
Aku melangkah bersama dengan ibu tadi,
"Bapak tadi itu
polisi mbak tapi di keluarkan." jelas ibu tadi
"Lho katanya
pensiun dini."kataku
Setelah itu kita hanya saling diam. Setiap perjalanan pasti akan bertemu
dengan banyak orang yang memiliki sifat-sifat yang berbeda, tapi hanya sedikit
dari sekian banyak orang yang nyaman untuk diajak bicara dan nyambung. Yang
enak diajak bicara belum sepenuhnya jujur kecuali kalau bisa dibuktikan
omongannya. Menurut analisa saya, si bapak tadi benar kalau dia memang kolektor
barang-barang antik karena ada buktinya tapi kalau untuk pensiun dini aku lebih
percaya pada ibu tadi karena waktu aku bertanya pada bapak tentang pensiun dini
beliau hanya menganggukkan kepala. Itu hanya analisa saya, belum tentu benar
tapi yang pasti bertemu seseorang yang baik dalam perjalanan adalah sangat
menyenangkan sekali.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar