Rabu, 28 November 2012

SoSok YaNg TeRhEbAt

Dalam perjalanan hidup ini pasti ada sosok yang terhebat di belakang kita. Dan sosok terhebat dalam hidupku adalah kedua orang tua.

Wanita terhebat adalah ibuku..
Lelaki terhebat adalah bapakku..

Ibu....
engkau adalah wanita yang hebat..
Bapak....
engkau adalah lelaki yang tangguh..
Ibu....
engkau adalah wanita yang tegar..
Bapak....
engkau adalah lelaki yang kuat..
Ibu...
engkau adalah wanita yang lembut...
Bapak...
engkau adalah lelaki yang tegas..
Ibu...
engkau adalah wanita yang penuh cinta kasih...
Bapak...
engkau adalah lelaki yang keras bagai pualam tapi sungguh lembut permukaannya...
Ibu...
engkau mencurahkan seluruh kasihmu untuk kami...
Bapak...
engkau mencurahkan seluruh perhatianmu untuk kami...

Ibu bapak, kalian adalah yang terhebat untuk kami...
Ibu bapak, kalian adalah pahlawan kami...
Segala yang  kami butuhkan, kalian senantiasa berusaha mencukupinya..

Ibu bapak kalian adalah malaikat pelindung kami..
Saat kami menangis, kalian menyeka air mata kami...
Ibu...
Engkau meneteskan air mata di belakang kami karena engkau ingin membesarkan hati kami..
Bapak...
Engkau mengajarkan ketegaran kepada kami..
Sungguh, kalian merasakan yang lebih dari kesedihan yang kami rasakan..

begitu sebaliknya..
Kalian merasakan kebahagiaan dari yang kami rasakan..

oh ibu...oh bapak..
kasih, cinta, kelembutan, dan perhatian kalian murni..
Namun seringkali kami mengingkarinya..
Kami begitu tega meninggalkan kalian berdua dalam waktu yang lama padahal kalian selama ini tak pernah meninggalkan kami sendirian..
Meski ini adalah restumu tapi kami sering beralasan dengan itu..

Kata maaf mungkin sudah seringkali kami lontarkan..
Setiap kata itu terucap kalian pun memaafkan kami bahkan kalian sudah memaafkan meski kata maaf tak terucap...
Tapi hanya inilah yang bisa kami lakukan...

Semoga suatu hari nanti kita bisa berkumpul, bercengkerama seperti disaat kami masih kanak-kanak dulu dan tak pernah meninggalkan kalian dalam waktu yang lama...

Rabu, 11 April 2012

"sebuah cerita"

Pernah mengikuti seminarnya di kampus, saat itu kepengen banget untuk ikut serta namun tak kesampaian hehehe. Indonesia Mengajar, itulah seminar yang aku ikuti. Indonesia Mengajar mengajak para generasi muda untuk berkontribusi dalam dunia pendidikan yakni, mengajar selama setahun di pelosok negeri ini. Tak terjun langsung di TKP, namun membaca kisah para pengajar muda dalam buku yang berjudul “Indonesia Mengajar”, membuatku tahu tentang suka duka mengabdi disana, betapa sulitnya perjalanan menuju kesana karena sarana dan prasarana tersedia tak cukup baik. Fasilitas yang ada pun tak cukup untuk menunjang, dan banyak cerita lain yang seru-seru. Untuk lebih lengkapnya baca bukunya ya J. Berikut sebuah kisah yang aku ambil dari salah satu penulis “Indonesia Mengajar”….

MENGAJAR BUKAN MENGHAJAR
OLeh : Sabda Aji Pambayu
Hari ini awal saya menjalani hidup sebagai seorang Pengajar Muda di desa Bajo. Setibanya di desa Bajo, saya langsung mulai memperkenalkan diri sekaligus beradaptasi  dengan lingkungan masyarakat di sekitar rumah kepala desa tempat saya hidup selama satu tahun nantinya. Masyarakat  Indonesia Timur yang digambarkan oleh sebagian orang memiliki karakter keras dan susah menerima pendatang ternyata sangat berbeda dengan yang saya temui. Masyarakat Bajo merupakan masyarakat pesisir yang memiliki mata pencaharian sebagian besar sebagai nelayan. Mereka sangat ramah, peduli dengan sesama seperti pada umumnya masyarakat yang hidup di desa serta menghargai pendatang. Di desa Bajo, tidak hanya suku Bajo yang tinggal di sini. Selain penduduk yang berasal dari suku di sekitar  Bajo juga terdapat suku pendatang  seperti Makean, Galela Tobelo, Bugis, Makassar, Jawa, Mandar,  dan lain-lain.
Awal kegiatan saya di desa Bajo dimulai dengan mengunjungi beberapa rumah yang berada di sekitar rumah Pak Safi. Sore harinya saya menyempatkan diri menuju lapangan bola di depan SDN 1 Bajo untuk menonton pertandingan bola yang biasa diadakan pemuda desa setiap sore. Saya mulai memperkenalkan diri pada beberapa pemuda desa yang asyik menonton pertandingan bola sore itu.
Hari mulai senja dan matahari pun sayup-sayup terbenam  di ufuk barat. Saya pun segera menuju rumah Pak Safi dan mempersiapkan diri menuju masjid yang berada di tengah di desa Bajo. Sepanjang jalan menuju masjid yang berjarak sekitar satu kilometer, saya menyapa setiap orang yang saya temui baik itu anak kecil sampai orang tua yang ada di sepanjang jalan. Usai salat maghrib berjamaah saya diajak Pak Nurdin (sekretaris desa) untuk menghadiri undangan tahlilan di salah satu rumah warga Bajo. Saya bersyukur karena baru satu hari saya tinggal di desa Bajo, tetapi respons masyarakat sudah sangat baik.
Desa Bajo memiliki kondisi alam yang panas. Bajo memiliki geografis yang dikelilingi oleh laut. Bajo merupakan bagian dari kecamatan  Kepulauan Botanglomang, Halmahera Selatan. Sebagian besar penduduk Bajo mendirikan rumah diatas air laut di sepanjang pesisir pantai. Bajo hanya memiliki satu jalan utama yang membelah desa bagian laut dan darat. Menurut warga desa, masyarakat yang tinggal di darat dikarenakan mereka sudah kehabisan lahan pesisir unruk membangun rumah sehingga pindah ke daratan. Selain itu biasanya rumah yang dibangun di daratan merupakan rumah masyarakat pendatang. Masyarakat Bajo diberi anugerah kekayaan laut yang melimpah. Air laut yang jernih serta ikan-ikan hias yang berenang dii bawah lantai rumah merupakan hal yang biasa ditemukan di desa Bajo.
Sekolah menjadi tempat saya mengajar dan belajar. Hari-hari berlalu. Saya mulai mengenal lingkungan yang dulunya terasa asing. Murid-murid kelas 5 yang tidak berhenti  berkelahi, kelas 4 yang dianugerahi anak-anak yang cerdas, kelas 3 yang penuh dengan debu dan anak-anak dengan senyum indah mereka, kelas 2 dan kelas 1 yang tidak pernah berhenti  mengikuti ke mana pun saya mengajar.
Entah sudah menjadi budaya, ketika setiap anak-anak ini berbeda pikiran atau hanya karena bercanda selalu diakhiri dengan saling pukul atau baku pukul, istilah guru-guru di sini. Tetapi, memang ini tidak salah, menurutku karena setiap saat di belakang saya para guru sangat ringan tangan kepada siswa. Pernah saya  melihat ketika pulang sekolah bareng murid-murid kelas 5, mereka berjalan agak pincang. Ternyata setelah saya tanya satu persatu mereka barusan dipukul oleh kepala sekolah dengan menggunakan bambu kering hingga kulit kaki mereka memar biru. Sambil tersenyum mereka menceritakan semua yang mereka alami. Persoalan sepele, anak-anak yang tidak bisa diam. Haruskah bambu dan rotan menjadi alat agar para siswa diam? Perasaan tidak tenang selalu datang ketika saya tidak mengawasi kegiatan mengajar guru karena di tangan mereka tidak pernah lepas sebatang bambu atau rotan.
Saya teringat quote seorang Pengajar Muda, “kita bisa memaksa mereka masuk kelas dan diam, tetapi kita tidak pernah bisa memaksa mereka untuk paham apa yang kita ajari”. Sebuah harapan kecil selalu tertanam dalam hati, semoga pada akhir pengabdian saya di tanah Bajo ini guru-guru sudah tidak memukul siswa, dan anak-anak Torosubang bisa merasakan nyaman dan aman belajar di sekolah. Merasa aman dan nyaman akan membuat mereka percaya diri, tidak merasa bahwa sekolah adalah tempat mereka dipukul karena mereka tidak diam atau mereka ribut, merasa bahwa sekolah adalah tempat mereka mulai bermimpi menjadi orang yang berguna bagi nusa dan bangsa.
Masih banyak cerita yang menggugah dalam buku “Indonesia Mengajar”, sok-lah membaca ya………….:). Salam semangat untuk semua…………….

mErEkA, manis LHO!!!

 Masa kanak-kanak adalah masa yang membahagiakan, tak ada beban. Yang ada dalam benak hanya bermain, bermain dan bermain. Banyak sekali ulah keisengan yang dilakukan, sering membuat jengkel orang  di sekitar. Banyak melakukan kesalahan yang memicu  orang tua marah, harus dihukum karena melanggar aturan, nasehat dari orang tua yang tak dijalankan membuat ortu gemas sehingga berulang-ulang mengatakannya tentu dengan nada yang luar biasa (marah). Hmm banyak sekali ulah yang dilakukan. Tapi dibalik segala keisengan dan kenakalan yang di perbuat, semua itu mampu membuat tersenyum banyak orang terutama ayah dan ibu.
Hari ini dia mendapat marah dari sang ibu karena tak mendengarkan apa yang dikatakan ibu lebih tepatnya dia tidakk focus karena perhatiannya teralihkan oleh TV. Ibu meminta dibelikan gorengan di tempat biasa mereka beli, tapi saat dia pulang dan membawa sebungkus gorengan, dia dengan jujur berkata “bu, ini gorengan beli di abang-abang” saat itu juga sang ibu marah-marah, beliau lepas kendali, beliau berteriak-teriak memarahi sang anak. “ Buang sana? kenapa beli di abang-abang? Kenapa tak beli di tempat yang sama? Kenapa tak mendengar kata-kata ibu? Beli di abang-abang yang mana? Itu kalau kebanyakan nonton TV. Dan bla bla bla bla telingaku panas mendengar itu, malu rasanya mendengar perkataan sang ibu yang volumenya yang begitu keras itu, bisa dijamin kalau seluruh komplek kontrakan ini mendengar  teriakan kemarahannya ( Kejadian ini langsung ku dengar dari TKP saat aku berkunjung di kontrakan seorang teman).
Kemarahan bunda membuat sang anak tak mampu berkata-kata ketika ditanya dan suara tangisnya membuat sesak dada ( Jadi teringat masa kecil saat emak marah hehehehe). Tapi keesokan harinya aku melihat dia tersenyum, tenyata dia telah lupa dengan kejadian kemarin. Hmm, dasar anak-anak.
Anak-anak sebenarnya tidak banyak menuntut, cara berpikirnya pun sederhana dan senantiasa mudah melupakan kesalahan dan kemarahan orang lain. Dia mampu tersenyum kembali keesokan harinya meski kemarin telah dimarahi sang. Itu-lah hebatnya anak-anak, tak menyimpan dendam.
Cara berpikir mereka sederhana. Kita sebagai orang dewasa harusnya menyajikan sesuatu yang simple pula sehingga sang anak mampu mencerna, memahami dan mengaplikasikan pada tingkah laku. Anak-anak  belum dewasa cara berpikirnya jadi tak bisa diperlakukan layaknya orang dewasa. Kita harus memposisikan diri layaknya sahabat, sehingga dia bisa nyaman berada dekat kita.
Berpikirnya yang belum sepenuhnya sempurna membuat dia suka meniru. Dia senantiasa mengolah apa yang dilihat, dengar dan rasakan setiap hari. Lewat inilah dia akan memfotokannya dalam berperilaku. Jadi apa yang kita lakukan senantiasa dicontohnya, oleh sebab itu harus hati-hati dalam bersikap.
Segala sesuatunya itu menjadi lantaran untuk mengahasilkan sesuatu pula, begitu juga dengan masa lalu juga menjadi pijakan dalam membentuk karakter setiap anak. Lingkungan memiliki andil yang cukup besar dalam membentuk kepribadian seseorang. Meski mereka mudah melupakan sesuatu tapi mereka merekam setiap kejadian dalam memorinya. Once again, hati-hati dalam bersikap, karena bagaimanapun masa lalu setiap orang bisa membentuk sifat dasar dari orang tersebut. Anak kecil itu manis jadi bersikap manislah saat engkau bertemu dengannya.:)


Sabtu, 24 Maret 2012

JUNDI_JUNDI (KU)

Saat mereka tertawa aku juga ikut tertawa, saat mereka melakukan tingkah lucu aku tak kuasa untuk menahan tawa. Apa pun yang dilakukannya senantiasa menyedot perhatianku, mengalihkan dunia yang sedang aku geluti dan membuatku terhenti dari aktivitas. Bagaimana tingkah saat mereka tidur, minum susu, bermain dan saat mereka diam, semua itu benar-benar menarik perhatianku. Saat mereka diam (asyik bermain tanpa ngrecoki kami orang dewasa) muncullah ide untuk mengisengi mereka,berbagai macam respon yang mereka lakukan.Kadang mereka diam saja dan pindah tempat yang lebih comfort, kadang marah karena aku terus berusaha menjahilinya hingga kemarahannya tak tertahan akhirnya “plak”, jurus pukulan dikeluarkan sambil lalu mencari tempat yang aman untuk melanjutkan aktivitas bermainnya. Kadang dia juga terpingkal-pingkal saat aku mengganggunya itu karena keseriusannya sedang tak mendominasi. Lupa waktu dech kalau sedang bermain with them.
Sebaliknya, ketika aku sedang serius melakukan sesuatu tiba-tiba mereka berada di depan pintu kamarku,, karena melihatku dim saja dan pasang tampang cuek pelan-pelan mereka masuk dalam kamarku, awalnya hanya memegang sesuatu atau hanya melihat apa yang sedang aku lakukan atau hanya diam saja  menanti reaksiku, aku tertawa dalam hati saat melihat tingkah mereka akan tetapi aku sulit untuk menahan tawaku dan mengabaikan mereka, akhirnya aku pun tertawa lepas dan saat itulah tawa mereka meledak-ledak, seakan-akan mereka menemukan kebebasan. Mulai-lah mereka mengeluarkan jurus-jurus lucunya serta mulai merembet melakukan sesuatu yakni menjahiliku hingga aku jengkel dibuatnya. Pada puncak keisengannya sering aku dibuat tak terkontrol emosiku. Aku mengusir mereka dari kamar dan menggejarnya untuk melampiaskan kemarahan. Tapi tak berhasil marah karena mereka begitu lucu dan menggemaskan. Tak bisa marahan dengan dia.
Badan keduanya yang gendut membuat gemas orang yang melihatnya. Pantatnya brgoyang-goyang saat dia berlari-lari itu make laughing. Caranya mengejek yang begitu unik membuat aku ingin mengejarnya dan menggelitikinya hingga tawanya membahana di  seluruh ruangan rumah ini. Suara tawa mereka bagaikan musik dalam rumah ini.
Mereka bagaikan si kembar karena dari postur tubuh yang hampir sama tapi wajahyang berbeda dan warna kulit yang berbeda pula satu memiliki warna kulit yang putih seperti china satu memilki warna kulit yang agak gelap. Sejatinya mereka tak kembar, usia mereka terpaut satu setengah tahun. Mungkin karena si bungsu memiliki postur tubuh yang longgor sehinnga mereka memiliki tinggi yang hampir sama so bagi orang yang tak pernah melihat mereka akan menganggap mereka adalah kembar. Seperti saat aku mengajak mereka berdua ke sebuah Bank dan pegawai Bank bertanya apa mereka kembar.
Mereka itu adalah soulmate, tak terpisahkan. Jika tak ada salah satunya pasti satu diantara mereka akan mencarinya. Bagaikan satu tubuh, satu sakit maka satunya juga mengikuti sakit. Layaknya si kembar.
Tiada hari lepas dari mereka, mereka benar-benar mampu mencuri perhatian yang sangat besar dariku. Namun kini masa-masa itu telah menjadi  sebuah kenangan indah yang tersimpan dengan rapi dalam memoriku, kapan pun aku bisa memutar slide itu saat aku merindukan mereka, dan kenangan ini mampu membuat senyuman dan mengobati kerinduanku. Sungguh jarak telah membuat kami terpisah, tak bisa lagi menghabiskan waktu bersama dan mengikuti perkembangannya serta tak bisa menikmati segala bentuk kelucuannya yang hampir setiap hari selalu ada versi baru yang dilakukannya. Meski  kami tetap berkomunikasi  tapi  sangat berbeda dengan melihatnya langsung di TKP.  Lewat dunia maya aku bisa melihat foto-foto mereka yang di kirim oleh sang mama untukku dan lewat HP mungil ini-lah aku mampu mendengar suara dan tawa-taw renyah mereka. Mendengar suara yang masih sulit untuk melafalkan huruf R dan mendengar dia memanggilku dengan kata “mbak” (tak mau di panggil tante), itu adalah happiness bagiku. Semua kenangan ini, suatu hari nanti akan  aku ceritakan pada sang tokoh utama yakni jundi-jundi kecil.
 Mereka semakin kreatif, dari hari ke hari ada aja tingkah lucu dan semakin mengeksplor dirinya. Memaksimalkan segala indera yang dimilkinya. Merekam segala bentuk informasi yang mereka lihat dan dengar, dan mengaplikasikannya dalam bentuk perbuatan. Oleh sebab itu harus benar-benar memilah apa yang cocok untuk mereka tonton.
Melihat dan menghabiskan waktu untuk bermain dengan anak kecil itu sangat menyenangkan sekali. Menghabiskan waktu bersama dua keponakanku memberikan sensasi tersendiri. Melepas lelah , meskipun juga hanya akan menambah rasa lelah hehehe namanya anak-anak full power. Tak jarang aku dibuat jengkel oleh keaktifan mereka. Misalnya, saat lagi santai tiba-tiba mereka datang dan langsung menyerangku, saat itu juga aku berteriak dan jengkelnya mereka hanya ketawa hahahaha.
Mereka menganggap semua waktu yang dimiliknya hanyalah untuk bermain. Ketika bangun tidur pun yang dicari adalah mainan kesukaannya. Cara berpikir mereka sangat sederhana, bagaimana mereka bisa bermain dengan happy.
Setiap apa yang mereka lakukan senantiasa memberikan pelajaran yang berharga. Cara berpikir mereka yang sederhana menginspirasiku untuk seanantiasa melihat sisi positif dari hidupku sehingga mampu menjalani hidup ini dengan senyuman dan mejalaninya tanpa beban. Semangat mereka yang meledak-ledak, tak pernah lelah untuk melakukan segala bentuk kekreatifan menyuntikkan semangat pada diriku bahwa apa pun bisa terjadi jika kita bersemangat dan berusaha untuk meraihnya.
Wahai jundi-jundi kecil sungguh kau makhluk mungil yang luar biasa. Kau mampu menghapus rasa lelahku di tengah-tengah padatnya aktivitas, membuatku tersenyum di tengah-tengah banyaknya persoalan yang belum selesai, meski hanya lewat rekaman memori dan foto-foto kalian.
Besar harapan yang ingin agar kau capai...be mutiara islam (tunduk dan taat pada Allah)…….be mutiara this country (menelurkan ide-ide kreatif demi  membangun Indonesia menuju Negara yang lebih baik)…be mutiara to family (merasakan kehadiran kalian dan memberikan manfaat atas kehadiranmu)… semoga Allah senantiasa memudahkan kalian wahai jundi-jundi dalam langkah menuju kebaikan. Amin…
Tawamu membuatku tertawa :D
Senyummu membuatku tersenyum  J

PR untuk(ku)

Berjumpa saat sama-sama pulang kampung adalah hal yang jarang sekali, karena perbedaan waktu atau sama-sama pulang tapi sedikitnya hari keberadaan di kampung. Menghabiskan waktu bersama keluarga itu adalah hal yang pertama tujuan untuk pulang karena memang dalam kurun waktu yang lama tak berjumpa dengan ayah dan ibu. Bercerita tentang kejadian di tempat rantau; menikmati masakan dari ibu sambil bercengkerama; dan banyak hal lain yang ingin dilakukan bersama, sehingga tak heran jika saudara pulang dari rantau seringnya tak tahu kalau mereka pulang karena jarak rumah yang tak berdekatan. Telepon dan SMS-lah yang membuat kita tahu bahwa mereka pulang tapi sayang no HP dari sekian banyak saudara tak terkantongi seluruhnya.
Minimnya waktu yang ku miliki saat berada di rumah juga membuatku sering enggan untuk ke luar rumah, alasannya “ capek karena lusa mau balik, mending istirahat aja” itulah yang sering terlontar jika ada salah satu keluarga yang kebetulan main ke rumah dan berkata padaku “ ayo mampir”. Mungkin perkataan ini sudah biasa namun besar harapan mereka untuk diampiri.
Beberapa hari yang lalu, saat aku pulang kampung dan banyak sepupu yang pulang juga, salah satu saudara mampir ke rumah jadi-lah kami bertemu. Sebenarnya, dia tak tahu kalau aku pulang, kebetulan waktu itu ada saudara lain yang main ke rumahnya dan pada malam harinya aku menginap di tempatnya karena rumah sedang kosong (bapak dan ibu pergi). Si saudara bercerita jadi-lah dia tahu kalau aku di rumah. Sore hari dia main ke rumah, bercerita, bercanda, share pengetahuan, hmmm pokoknya pertemuan yang seru.
Dari pertemuan itu aku jadi berpikir dan menghasilkan tulisan ini hehehe. Kami adalah big family, banyak sepupu tapi jarang ketemu sehingga saat ketemu tak merasakan keakraban karena memang jarak serta perbedaan umur yang amat jauh. Bisa dihitung dengan jari masa pertemuan kita yakni hanya setahun sekali itupun pada saat lebaran atau ketika ada acara, kadang juga tak banyak yang datang. Intensitas komunikasi yang sedikit karena tak banyak dari kami yang saling tahu no handphone saudara lain atau alamat rumah sehingga berkunjung hanyalah hal sebuah kebetulan. Kebetulan ada waktu.
Ini adalah sebuah PR bagiku untuk bisa tetap menjaga tali persaudaraan dan silaturrahim. Jika beberapa waktu mbak Ririe memberikan PR untukku maka aku juga akan memberikan PR untuknya yaitu PR untuk don’t forget berkunjung ke rumah hehehe, bukan untuk mbak ririe saja tapi untuk semua orang yang mencintai keluarga dan menghargai persaudaraan.
Terima kasih untuk mbak Ririe atas kunjungannya sehingga kita bisa mengakrabkan diri karena meski kita telah bersaudara lama baru akhir-akhir ini keakraban terjalin hehehehe.

"DIA adalah SPIRITKU"

"kalau kita kondisikan sedemikian rupa impian itu lambat laun akan jadi nyata, pada waktu yang tidak pernah disangka-sangka"
Jika beberapa bulan yang lalu, aku senantiasa berharap dia datang kemari untuk menemaniku, kini keadaan itu berbalik, dia telah datang disini menemaniku. Surprise yang indah menuju pergantian tahun dan pertambahan usia yang tak lagi muda, hehehehe
Dia yang ku maksud adalah seorang teman yang aku miliki sejak aku duduk di bangku SMP. Meski sempat terpisah semasa SMA karena kita melanjutkan sekolah di tempat yang berbeda. Namun seiring berjalannya waktu, kita dipertemukan kembali. Tak pernah berpikir akan kembali seakrab ini dan saling mensupport satu sama lain.
 Nyambung saat bercerita; memiliki hobby yang sama dan satu hal yang sangat membuatku nyaman berada di dekatnya adalah dia selalu support  terhadap apa yang aku lakukan, meski support dia tak lupa  memberikan masukan setiap aku akan mengambil keputusan. Prinsip yang berbeda tak menjadi soal bagi kami karena kami menganggap perbedaan itu adalah hal yang wajar dan menjadi keunikan tersendiri bagi persahabatan kami. Salah satu yang membuatku enjoy bersama dia. Saling terbuka, sehingga ketika ada permasalahan tak menjadi salah paham yang berlarut-larut.
 Begitu sangat menyenangkan  saat bisa mengahabiskan waktu bersama, berbagi cerita, nonton, ke salon bersama, belanja atau bahkan melakukan hal-hal yang tak biasa, (hehehehe jadi teringat masa di jogja). Begitu juga saat kami berpisah, meski jarak memisahkan tapi komunikasi tetap terjalin. Suntikan semangat dia rangkai lewat kata-kata via sms, so semangatnya tetap sampai padaku.
Apa adanya, sederhana,  senantiasa bersemangat, selalu ada saat teman membutuhkan inilah bagian sifat yang dimilikinya. Dia adalah seorang pemimpi tapi bukan seorang pengkhayal. Dia senantiasa konsisten terhadap apa yang dijalaninya, buktinya sekarang mimpinya telah terwujud. Belum semua tetapi ini adalah awal yang bagus untuk dirinya. Awal untuk mewujudkan mimpi besarnya.
Semangat dan keyakinan yang senantiasa dia sms-kan ke aku ternyata telah berbuah manis untuk dirinya dan juga pada diriku. Saat aku boring atau sedang ada masalah biasanya dia akan memberikan suntikan semangat lewat dunia maya. Dia begitu bersemangat dalam meraih mimpinya, aku masih mengingat percakapan kami ketika aku memutuskan untuk pindah ke tempat yang berbeda, aku bilang pada dia ‘ayo jeng kau harus segera menyusulku’ dia menjawab “okey,  tunggu saja aku pasti akan segera bisa kesana dan kita akan taklukkan sama-sama”. Sebuah candaan, tapi bukan sekedar candaan biasa, percakapan itu menyuntikkan semangat untuk meraih mimpi, dan  itu telah terbukti menjadi sebuah titik, sebuah titik terang yang akan menghasilkan titik-titik lain yang  berkumpul menjadi cahaya yang bersinar.
Sahabat, selamat datang di mimpi yang sudah engkau genggam. Engkau telah mengawalinya, dan pertarungan telah dimulai. Perjuangan yang luar biasa, hingga telah mengantarkan dirimu di gerbang mimpimu. Semoga di waktu-waktu yang akan datang mimpimu semakin melebar dan menjadi kenyataan. Senantiasa kepakkan saya-sayap semangatmu. Bagi teman-teman yang memiliki mimpi ayo berusaha untuk mewujudkan dan yakinlah pasti ada jalan. Salam semangat bagi teman-teman yang berusaha untuk mewujudkan mimpinya.
Nb : management waktu :)