Hari ini dia mendapat marah dari sang ibu karena tak mendengarkan apa yang dikatakan ibu lebih tepatnya dia tidakk focus karena perhatiannya teralihkan oleh TV. Ibu meminta dibelikan gorengan di tempat biasa mereka beli, tapi saat dia pulang dan membawa sebungkus gorengan, dia dengan jujur berkata “bu, ini gorengan beli di abang-abang” saat itu juga sang ibu marah-marah, beliau lepas kendali, beliau berteriak-teriak memarahi sang anak. “ Buang sana? kenapa beli di abang-abang? Kenapa tak beli di tempat yang sama? Kenapa tak mendengar kata-kata ibu? Beli di abang-abang yang mana? Itu kalau kebanyakan nonton TV. Dan bla bla bla bla telingaku panas mendengar itu, malu rasanya mendengar perkataan sang ibu yang volumenya yang begitu keras itu, bisa dijamin kalau seluruh komplek kontrakan ini mendengar teriakan kemarahannya ( Kejadian ini langsung ku dengar dari TKP saat aku berkunjung di kontrakan seorang teman).
Kemarahan bunda membuat sang anak tak mampu berkata-kata ketika ditanya dan suara tangisnya membuat sesak dada ( Jadi teringat masa kecil saat emak marah hehehehe). Tapi keesokan harinya aku melihat dia tersenyum, tenyata dia telah lupa dengan kejadian kemarin. Hmm, dasar anak-anak.
Anak-anak sebenarnya tidak banyak menuntut, cara berpikirnya pun sederhana dan senantiasa mudah melupakan kesalahan dan kemarahan orang lain. Dia mampu tersenyum kembali keesokan harinya meski kemarin telah dimarahi sang. Itu-lah hebatnya anak-anak, tak menyimpan dendam.
Cara berpikir mereka sederhana. Kita sebagai orang dewasa harusnya menyajikan sesuatu yang simple pula sehingga sang anak mampu mencerna, memahami dan mengaplikasikan pada tingkah laku. Anak-anak belum dewasa cara berpikirnya jadi tak bisa diperlakukan layaknya orang dewasa. Kita harus memposisikan diri layaknya sahabat, sehingga dia bisa nyaman berada dekat kita.
Berpikirnya yang belum sepenuhnya sempurna membuat dia suka meniru. Dia senantiasa mengolah apa yang dilihat, dengar dan rasakan setiap hari. Lewat inilah dia akan memfotokannya dalam berperilaku. Jadi apa yang kita lakukan senantiasa dicontohnya, oleh sebab itu harus hati-hati dalam bersikap.
Segala sesuatunya itu menjadi lantaran untuk mengahasilkan sesuatu pula, begitu juga dengan masa lalu juga menjadi pijakan dalam membentuk karakter setiap anak. Lingkungan memiliki andil yang cukup besar dalam membentuk kepribadian seseorang. Meski mereka mudah melupakan sesuatu tapi mereka merekam setiap kejadian dalam memorinya. Once again, hati-hati dalam bersikap, karena bagaimanapun masa lalu setiap orang bisa membentuk sifat dasar dari orang tersebut. Anak kecil itu manis jadi bersikap manislah saat engkau bertemu dengannya.:)
Templatemu ganti lagi ya...
BalasHapus