Kamis, 30 Januari 2014

Teman selama perjalanan



Sudah lama tidak pulang kampung memakai jasa kereta api, kali ini aku berniat untuk menggunakan jasa kereta api. Seperti biasanya sebelum membeli tiket kereta api harus menjalankan ritual yang amat sangat penting yaitu, mengisi formulir terlebih dahulu. Tanggal keberangkatan dan nama kereta api sengaja tidak diisi karena untuk mengantisipasi jika tiket tidak tersedia, karena formulir tidak boleh dicoret.
                "Lho mbak tanggalnya kok belum terisi?".kata seorang bapak begitu melihat formulirku.
                "Oh sengaja pak, karena biar tidak ganti-ganti formulir lagi apabila tiket tidak tersedia." kataku menjelaskan.
Begitu tiba giliranku ternyata benar prediksiku,
                " Kereta apa mbak yang tersedia untuk besok ke Surabaya?" tanyaku pada petugas.
                " Oh sebentar ya mbak saya check dulu."kata petugasnya.
Selang 1 menit kemudian mbaknya bilang,
                "Ke Surabaya besok tidak ada mbak sudah penuh."kata petugasnya.
                "Kalau begitu untuk sabtu kereta apa yang ada?" tanyaku kali ini dengan sedikit panik.
Menunggu dengan hati yang berdebar-debar seperti nunggu hasil ujian,
                "Ada Gumarang mbak." kata petugasnya
                "Ya sudah mbak saya ambil Gumarang." kataku dengan lega.
                "Berapa mbak?" aku menanyakan harganya.
                "Rp 240000 mbak." jawab petugasnya.
Alhamdulillah sedikit lega akhirnya mendapatkan tiket untuk pulang kampung. Beberapa waktu yang lalu aku juga naik Gumarang ketika pulkam (pulang kampung) tapi harganya tak melonjak seperti sekarang, terakhir kali naik dari Jakarta harganya Rp 160000 tapi kali ini sudah mencapai 200-an lebih.
Tepat hari sabtu pukul 14:30 aku berangkat menuju stasiun, sesampai di stasiun aku menunggu seorang teman untuk sekedar cipika-cipiki sebelum pulang. Sepuluh menit kemudian dia datang, sambil nunggu keberangkatan kereta kami asyik ngobrol,
                "Berapa kak harga tiket ke Surabaya?" tanya Ira padaku.
                "Rp 240000, Ra, entahlah kenapa harga tiket ke Surabaya begitu mahal." jawabku
                "Kira-kira kenapa ya?tanyanya lagi
                "Iya ya kenapa, Yogyakarta aja hanya Rp 140000, lebih murah kan?
Aku masih belum tahu kenapa harga tiket begitu melonjak, saat pengumuman bahwa kereta sudah datang dan penumpang di harapkan untuk masuk ke dalam peron aku pun masih memikirkannya. Setelah pemeriksaan tiket langsung menuju peron. Wah full nich nanti kelihatannya, pikirku.
Begitu masuk dalam kereta dan menata barang bawaan aku baru menyadari t kondisi kereta, ternyata ber-AC, aku pun bertanya pada ibu yang duduk di seberang,
                "Ini bisnis atau eksekutif?" tanyaku parno
                "Oh ini bisnis mbak." jawab ibu itu singkat.
Alhamdulillah, maklumlah sedikit parno karena barang yang ku bawa banyak tidak lucu kan kalau salah tempat duduk bisa kerja dua kali. Terakhir naik Gumarang kelas bisnis tidak ber-AC seperti sekarang ini. Bangku disamping masih kosong aku berharap ini akan kosong selama perjalananku. Stasiun-stasiun berikutnya bangku di samping masih kosong, alhamdulillah do'aku terkabul sepanjang ini. Aku mengamati penumpang, ibu yang ada di seberang yang ku tanya ibunya agak-agak eksklusif gitu, pasang tampang jutek gitu. Justru ibu yang welcome adalah ibu yang ada di depannya, kami ngobrol akrab meskipun bangkunya agak berjauhan.
Karena bangku disampingku masih kosong so aku tidak punya teman untuk diajak ngobrol, nyamannya tempat duduk karena tidak ada yang mengganggu tapi aku merasa sepi. Mengusir sepi dengan bermain laptop aku berusaha membuat senyaman mungkin perjalananku ini. Menulis blog dan posting, buka akun FB(facebook) dan media social lainnya yang aku punya. Beruntung aku karena FB begitu rame apalagi group rumpian 3E. Sayang tidak ada colokan seperti kereta senja utama Yogyakarta, jadi aku hanya bisa menggunakan laptop tercinta sebatas baterai, ketika baterai habis aku harus mengakhiri percakapan melalui dunia maya. Setelah baterai laptop habis aku ganti dengan HP, lumayanlah aku masih bisa berselancar di dunia maya dengan HP meski HP ini tidak canggih-canggih amat.
Bermain dengan gadget-gadget ini membuat mataku mulai meredup di tambah lagi tempat duduk yang kosong jadi membuat aku semakin nyaman untuk tidur. Aku merebahkan tubuhku dengan kaki sedikit tertekuk, hmm nyaman.
Pukul satu dini hari aku bangun dan mengganti posisi tidur dengan duduk, alhasil bapak yang ada di depan sana duduk disampingku karena tempatnya yang sempit membuat dia pindah ketempatku,
                "Permisi mbak bisa saya duduk disini?" tanya si bapak
                "Oh silahkan! jawabku
Setelah itu kami hanya terdiam dan melanjutkan tidurku karena memang mata ini masih berat. Meskipun ngantuk aku hanya mampu tidur selama 30 menit karena keadaan sekitar berisik, penumpang-penumpang banyak yang turun ternyatata sudah hampir sampai di cepu.
                "Turun mana mbak?" tanya si bapak.
                "Babat, pak! jawabku singkat
Ibu yang duduk di seberang menyela,
                "Wah cepat ya mbak sudah hampir sampai Cepu." kata ibu itu
                "Iya bu! jawabku
                "Biasanya jam segini baru sampai di Semarang!" jelas ibu tadi
                "Mbaknya Jakarta asli? tanya si bapak
                "Oh bukan!" kataku.
                "Jakarta tinggal dimana, mbak?" tanya ibu tadi
                "Di depok, bu! jawabku
                "Kuliah mbak?" tanya ibu lagi
                "Alhamdulillah iya bu!" jawabku
                "Anak saya yang pertama juga kuliah!" jelas ibu tadi
                "Oh ya, dimana?" tanyaku
                "Di dekat Senen swasta kok mbak!" jawab sang ibu
                "Ibu tinggal dimana di Jakarta?"
                "Di daerah Menteng!
                "kerja apa bu? tanyaku penasaran
                "Ibu ini perawat dan istri polisi, mbak!" bapak yang disamping yang menjawab.
Akhirnya kami ngobrol bertiga, begitu akrab. Si ibu bercerita kalau memilki empat orang anak, dua perempuan dan dua orang laki-laki. Yang pertama kuliah yang kedua dan ketiga masih duduk dibangku SMP(Sekolah Menengah Pertama) dan yang terakhir masih kelas satu SD(Sekolah Dasar). Si kecil ini kembar tapi kembarannya meninggal karena waktu dalam kandungan perkembangan janinnya sangat lambat dan begitu lahir beberapa hari dia meninggal. Sedangkan si kecil ini memiliki kelainan seperti cacat mental oleh sebab itu dia merasa tidak percaya diri tapi tidak begitu kentara. Setelah bercerita ibu tadi membangunkan si kecil karena 30 menit lagi sampai di stasiun Babat.
                "Barangnya banyak kok tidak bawa pembantu sich mbak?" canda bapak yang ada di sampingku.
                "Walah pak entar saya bayar lebih mahal dong pak!" candaku kembali
                "Sini mbak saya bantuin mengeluarkan kopernya, nanti mbaknya jalan keluar saja biar saya yang nurunin kopernya."kata bapak tadi
                "Alhamdulillah, bapak baik dech hehehe!" candaku
Tanpa diminta si bapak tadi bercerita,
                "Lebih tinggi saya daripada suaminya ibu tadi! kata si bapak
Aku mencerna kata-katanya,
                "Oh jadi bapak polisi juga, jadi sekarang juga polisi dong? tanyaku
                "Oh sudah tidak, saya sudah keluar! jawab bapak tadi.
                "Pensiun dini maksudnya? tanyaku penasaran.
                "Iya mbak! katanya
                "Sekarang sibuk apa?" tanyaku
                "Saya sibuk keluyuran." kata bapak tadi
                "Saya itu berburu barang-barang antik. Ini juga sedang berburu batu delima, orang yang memilikinya apabila 'di bacok' tidak mempan. Kemarin juga di praktekan tapi saya kalah 50juta sekarang pulang tinggal bawa satu juta." jelas bapak tadi
                "Kira-kira berapa pak harganya?tanyaku tertarik.
                "Harganya 500juta, ini harga yang mustahil tentunya bagi orang yang awam! kata si bapak.
                "Banyak teman saya yang protes buat apa buang-buang duit untuk hal yang semacam itu."Kata bapak tadi.
                "Istri saya sering marah-marah pada saya karena sering kalah." tambah bapak tadi.
                "Sulit dijelaskan tapi ini adalah masalah kepuasan, mbak."Kata si bapak.
Pembicaraan kami terpotong karena stasiun Babat sudah sampai. Bapak tadi membantu mengangkat koper.
                "Alhamdulillah, terima kasih bapak, sampai jumpa kembali!" kataku
                "Iya mbak hati-hati ya mbak!"bapak tadi.
Aku melangkah bersama dengan ibu tadi,
                "Bapak tadi itu polisi mbak tapi di keluarkan." jelas ibu tadi
                "Lho katanya pensiun dini."kataku

Setelah itu kita hanya saling diam. Setiap perjalanan pasti akan bertemu dengan banyak orang yang memiliki sifat-sifat yang berbeda, tapi hanya sedikit dari sekian banyak orang yang nyaman untuk diajak bicara dan nyambung. Yang enak diajak bicara belum sepenuhnya jujur kecuali kalau bisa dibuktikan omongannya. Menurut analisa saya, si bapak tadi benar kalau dia memang kolektor barang-barang antik karena ada buktinya tapi kalau untuk pensiun dini aku lebih percaya pada ibu tadi karena waktu aku bertanya pada bapak tentang pensiun dini beliau hanya menganggukkan kepala. Itu hanya analisa saya, belum tentu benar tapi yang pasti bertemu seseorang yang baik dalam perjalanan adalah sangat menyenangkan sekali.

Rabu, 29 Januari 2014

Bapak itu......


Seiring dengan perputaran waktu yang semakin hari semakin bertambah, usia pun bertambah mengikuti laju waktu. Tidak terasa masa kanak-kanak yang dijalani telah mengantarkan pada lansia (lanjut usia), pada usia ini mengembalikan kita pada kondisi seperti kanak-kanak, semakin lemah dalam menjalankan aktivitas yang berat. Kemampuan fisik sudah mulai berkurang, tidak sekuat masa muda, ketajaman berpikir mulai menurun, penglihatan pun mulai memudar dan banyak hal lain yang serupa layaknya anak-anak.
Masa tua adalah masa pensiun dari segala aktivitas yang berat, saatnya tanggung jawab dialihkan pada pundak kaum yang lebih muda yang masih memiliki semangat dan kekuatan extraordinary. Masa tua adalah masa untuk menikmati dari apa yang telah diusahakannya selama ini, duduk manis menemani cucu-cucu bermain dan melihat perkembangan mereka. Namun, seringkali masih banyak dijumpai masa tua yang digunakan untuk bekerja keras, membanting tulang untuk menafkahi dirinya dan keluarga. Masih banyak dijumpai kakek dan nenek yang berlalu lalang di jalanan, bus kota, kereta api agar tetap survive ditengah-tengah kehidupan yang keras ini.
Aku melihatnya ketika aku berteduh dari hujan di stasiun Jombang, dia begitu ramah dan baik. Dia adalah seorang kakek yang mencari nafkah untuk dirinya dan sang istri tercinta yang berada dirumah.
                "Want tea?"tawarnya pada seorang turis perempuan.
Sang turis menjawab dengan gelengan dan senyumannya, memang pada waktu itu sedang ada rombongan para turis yang akan menjalankan perjalanan menuju kota Kediri.
                "Where you come from?"tanyaku pada turis yang ditawari teh oleh kakek itu.
                "Australia!"jawab turis itu.
Aku berjalan mendekat pada kursi untuk meletakkan tas dan mencari payung.
                "Saking pundhi mbak aslinipun?"tanya kakek itu sambil mengarahkan pandangannya pada turis itu.
                "oh, Australia, pak!"jawabku.
Mungkin dari logatku yang agak ke-jarkatanan bapak itu langsung menggunakan bahasa indonesia dalam bercakap denganku.
                "Duduk sini dulu mbak, masih hujan nanti basah! mau kemana mbak?"tanya bapak itu.
                "oh, saya mau kearah Tuban, pak!" jawabku.
                "Wah iya mbak, duduk sini aja dulu karena diluar sana tidak ada tempat untuk berteduh!" kata bapak itu.
Dan akhirnya aku memutuskan untuk duduk disamping bapak itu yang sedang menikmati kopi dan roti.
                "Teh, mbak, nanti saya yang bayar mbak!" kata bapak itu.
                "Terima kasih banyak, pak!" jawabku.
                "Kuliah ta mbak?" tanya bapak itu.
                "iya, pak!.
                "Dimana mbak?".
                "Di Jakarta".
                "Wah, hebat ya mbak, semoga sukses mbak!"
                "Amiiiin!"aku mengamini ucapan bapak itu.
Tidak berapa lama ada seorang turis yang mendatangi kami, turis itu menawari bapak itu sekotak kue dan bapak itu mengambil satu setelah itu menawari pada ibu penjual teh kemudian baru aku.
                "Thank you mister!" kata bapak itu.
                "Where you come from?" tanyaku.
                "Netherlands." jawab turis itu.
                "Where do you go?
                "Bro-mo."
                "Are you can speak in indonesia?" tanyaku sambil tersenyum.
                "Te-ri-ma-ka-sih." kata turis itu terbata-bata.
                "Se-la-mat pagi." lanjutnya.
                "No no, se-la-mat siang!" kataku membenarkan.
                "Oh, selamat siang! katanya menirukan ucapanku.
Kami pun tertawa bersama-sama turis itu. Kemudian turis itu bertanya,
                "How long the rain will last?” tanya turis itu
      “Can not be predicted!”jawab bapak tersebut
Begitulah, turis dan bapak tua itu asyik mengobrol.Ternyata bapak ini bahasa inggrisnya jago banget, tak kusangka dan kuduga, aku jadi penasaran pada bapak ini. Turis yang mengobrol dengan bapak itu mengacungkan dua jempol untuk beliau. Aku asyik menatap beliau, tanpa sadar bapak itu menatap saya juga. Dan berkata,
                "Bahasa inggris itu tidak penting bagi saya tapi kalau bagi mahasiswa seperti mbak itu sangat penting!" kata bapak itu.
                "Dengan bahasa akan mempermudah dalam berkomunikasi!" jawabku.
                "Saya bisa bahasa inggris juga karena kebetulan saja!" jawab bapak itu.
Mendengar kata kebetulan aku jadi bertanya,
                "Bapak pernah bekerja di luar negeri?" tanyaku penasaran.
                " Tidak mbak, ya dari kereta satu ke kereta yang lainnya!" jelas bapak itu.
                " Masak sich pak? bapak asli Jombang?" tanyaku.
                " Tidak mbak saya asli jember, demi bekerja akhirnya saya terdampar di Jombang!" jelas bapak itu.
                " Bapak jualan apa? tanyaku ketika melihat tas hitam yang berada di dekat bapak itu.
                " Oh tidak jualan, mbak. Tapi saya membantu orang untuk mengetahui tensi darah orang dan pijat!" kata bapak itu.
                " Belajar dari mana, pak?" tanyaku.
                " Tidak belajar darimana-mana mbak!" kata bapak itu sambil tersenyum.
                " Allah yang telah mengajarkan ilmunya pada saya, ilmu itu semua bisa dipelajari, mbak, asal kita mau berusaha dan yakin." kata bapak itu lagi.
Mendengar jawaban-jawaban bapak itu aku semakin penasaran pada bapak ini siapa sebenarnya beliau.
                " Istri bapak berasal dari jombang, pak? tanyaku penasaran.
                " Bukan, mbak, tapi kutoarjo!" kata bapak itu.
                " Saya disini juga kos kok mbak, bukan rumah sendiri mbak!"
Seakan-akan mengerti akan rasa penasaranku bapak itu mulai bercerita dengan sendirinya tanpa aku bertanya lagi.
                " Dulu saya tinggal di Jember dan istri saya dulu bekerja di dinas kesehatan, mbak!"
                " Saya dulu punya usaha, mbak, tapi karena usaha saya bangkrut jadinya sekarang luntang-lantung mbak di kereta api seperti ini". jawab bapak itu.
                " Oh jadi semuanya pindah kesini, pak?" tanyaku bersemangat.
                " Saya saja mbak, anak dan istri tetap tinggal di Jember, mbak!" jawab bapak itu.
                " Jadi bapak tinggal sendirian, pak?" tanyaku.
                " Bukan mbak tapi saya bersama istri saya. Istri yang di Jember sudah cerai dan saya menikah lagi." Jelas bapak itu.
                " Anak-anak sering berkunjung, pak?" tanyaku.
                " Tidak pernah bertemu mbak sejak saya bercerai dengan ibunya, dulu anak saya yang pertama masih lulus SMA dan ikut STAN dan diterima, dengar-dengar anak saya sekarang bekerja di pajak Jakarta." Jelas bapak itu.
                " Mereka tidak pernah mencari saya mungkin sudah terhasut oleh ibunya." kata bapak itu.
Aku tidak mampu berkata apapun hanya diam saja sebagai pendengar yang setia.
                " Saya memang tidak memiliki apapun tapi saya memiliki Allah yang maha kaya yang senantiasa berada di samping saya." kata bapak itu terbata-bata karena airmatanya menetes.
Hatiku pun ikut trenyuh mendengar cerita bapak itu, di usianya yang senja beliau tidak memiliki tempat untuk bersandar kecuali pada dirinya sendiri.
                " Saya pamit sholat dulu, mbak!" kata bapak itu.
Anaknya bapak itu mungkin sudah dewasa dan menjadi orang yang sukses tapi sayang seiring dengan kesuksesannya, sang ayah tidak dapat mencicipinya meskipun hanya sedikit. Diusia yang senja ini harusnya bapak itu bisa bermain-main dengan cucu tapi masih disibukkan dengan mencari nafkah, jangankan bermain melihat cucunya saja belum pernah.

Semoga di waktu yang akan datang, sang bapak akan dipertemukan dengan anaknya. Sungguh Allah selalu penuh dengan kejutan.

Fenomena Dalam persahabatan

Fenomena dalam Persahabatan
Dunia ini terasa indah dengan hadirnya sahabat, dunia ini akan semakin berwarna dengan hadirnya seorang sahabat di sisi kita. Apakah bersahabat juga memiliki syarat? Apakah kriteria untuk memilih seorang sahabat? Sahabat merupakan seseorang yang memiliki andil cukup besar dalam kehidupan kita. So memahami dengan siapa kita bersahabat itu menjadi hal yang penting.
Dalam membina suatu hubungan bukanlah materi yang menjadi tolok ukur tapi bagaimana seseorang itu nyaman antara satu sama lain. Persahabatan itu bukanlah hubungan yang meminta imbalan atas apa yang telah dilakukan tapi keikhlasan. Jika kedua hal ini yang menjadi alasan maka hubungan persahabatan ini berdasarkan asas manfaat bukan ketulusan. Hal ini yang membuat hubungan menjadi tidak sehat akibatnya persahabatan tidak mampu bertahan cukup lama.
Ketika nyaman dengan seseorang akan timbul rasa ketergantungan sehingga tidak bisa lepas dari orang tersebut. Saat ada masalah kita menuangkan masalah padanya tapi bagaimana saat kita ada masalah dengan sahabat? akankah kita menegurnya? atau membiarkannya?
Betapa sakitnya ketika kita ada masalah dengan sahabat, always memikirkannya, terkadang sampai tidak bisa tidur, bingung mau melakukan apa. Berbuat baik tapi dibalas dengan keburukan. Berbuat baik dengan penuh ketulusan tapi ujungnya dibalas dengan keburukan, bagaimana rasanya? Rasanya nyesek banget dech. Bagai makan buah simalakama, ditegur salah tidak ditegur salah.
Inilah yang sedang terjadi padaku, beberapa waktu yang lalu.
Timbul pertanyaan, "Apa dia yang mencurinya? Kenapa dia melakukan hal tersebut? Kenapa tidak bilang saja kalau dia perlu? atau dia malu bilang tersebut? Mungkin awalnya mengabaikannya tapi ketika ini sudah terjadi dua kali dan yang berada di TKP Cuma kami berdua, benar ndak sich kalau kita curiga pada dia? Kecurigaan tidak bisa terhindarkan, ini sebagai bukti, mungkin tidak otentik karena tidak ada saksi dan diri kita sendiri yang terkait.
Kepercayaan, rasa nyaman, senyuman ramah akan memudar bahkan ada rasa ingin menghindarinya, jika teman-teman sekalian memiliki permasalahan yang seperti saya hadapi, apabila timbul keadaan yang seperti ini harus segera di selesaikan berdua, berikut ini hal yang saya lakukan, mungkin teman-teman sekalian bisa mencoba.
1.Mencoba memasang umpan
2.Bertanya secara langsung padanya
3.Saat berbicara tataplah dia, kejujuran dan kebohongan akan terlihat lewat matanya
4.Simak kata per kata yang diucapkan
5.Menanyakan apa yang telah diucapkan karena orang yang bohong bicaranya akan belepotan
6.Lihat tingkahnya saat berbicara
7.Sedikit bernasehat
Hasil akhirnya hanya ada dua, yaitu "JUJUR" or "BOHONG". Jika jujur salut padanya, jika bohong mungkin dia butuh waktu untuk berkata jujur. Apapun yang diucapkan janganlah menjauhinya tetaplah berada disampingnya karena dia tetap butuh kita untuk membantu keluar dari masalahnya. Mungkin kondisinya sudah lain, rasa sayang yang dulu kuat mungkin akan sedikit memudar, jika kita sangat percaya padanya mungkin saat ini sudah tidak percaya lagi padanya, nada yang lembut berubah menjadi kasar dan lain-lain, indahnya persahabatan pelan-pelan akan memudar.

Saya pribadi pernah merasakan ini, tapi saya tidak pernah menegurnya, karena saya pikir dia lebih membutuhkannya daripada saya, benarkah tindakan saya ini?

Selasa, 28 Januari 2014

Obrolan santai tapi bermakna



Menunggu adalah hal yang paling membosankan sekali apalagi tidak ada hal yang bisa di lakukan ditambah kondisi yang capek karena telah melakukan perjalanan dengan jarak tempuh yang cukup jauh, bawaannya uring-uringan muluk,hal ini sering terjadi padaku tapi berbeda untuk pagi ini karena banyak cerita yang ku dapatkan. Pagi ini aku menunggu jemputan di stasiun, kereta yang membawaku sudah sampai di stasiun sejak pukul 03:00 tapi jemputan datang ba'da subuh. Sebelumnya aku telah menghemat sehemat mungkin baterai Hp karena bisa mati gaya kalau tanpa gadget hihihihi anak gaul ini.
 Begitu turun dari kereta, seperti biasanya tukang ojek selalu menghadang,
                "Mau pulang kemana, mbak?" tanya tukang ojek.
                "Oh, saya nunggu jemputan, pak!" jawabku santai.
                "Pulang kemana to mbak?" Tanya tukang ojek dengan nada memaksa.
Kalau sudah begini aku malas untuk menjawabnya, berlalu tanpa kata itu pilihan yang sering aku lakukan. Mencari area yang nyaman untuk menunggu karena aku harus menunggu selama 3 jam. Aku memilih duduk dekat dengan ibu-ibu bersama putri kecilnya. Aku mengamati ibu tadi yang sedang berdandan karena terusik dengan pengamatanku, ibu tadi berkata,
                "Saya kalau dirumah juga dandanin orang mbak!"kata ibu tadi tiba-tiba.
                "Oh...!" hanya itu yang keluar dari mulutku karena merasa malu.
                "Cuma 5 menit mbak, sini mbak saya dandanin sebentar kok!" tawar si ibu
                "Apa? Oh tidak bu, terima kasih!" tolak ku secara halus
                "Kenapa mbak, tidak suka dandan ya mbak? tanya ibu tadi.
                "Oh tidak begitu suka hehehehe!" jawabku cengengesan.
                "Ibu-ibu disana juga membayar saya mbak!" kata ibu tadi.
                "Oh, berapa gitu, bu? Tanyaku penasaran.
                "Berapapun saya terima mbak, dulu ketika masih awal paling sekitar Rp 25000 tapi kemarin ada yang memberi Rp 150000, lumayanlah mbak buat sehari-hari!" jelas ibu tadi.
                "Sudah lama, bu?" tanyaku.
                "Sudah cukup lama juga mbak, sebagai sambilan." jawab ibu itu sambil tersenyum.
Personil nongkrong kami jadi tambah karena banyak tukang ojek yang ikut nimbrung.
                "Mau kemana, bu?tanya tukang ojek.
                "Ke Tuban pak!"jawab ibu tadi
                "Lha mari diantar!"tawar tukang ojek.
                "Sudah di jemput kok pak! jawab ibu tadi.
Setelah itu datang pegawai stasiun lumayanlah aku bisa tanya-tanya tentang kereta api bisa nambah koleksi tulisan hehehehe.
                "Pagi banget ya, pak, dulu saya naik kereta ini sampai jam 6 disini!"kata ibu tadi pada si petugas kereta api.
                "Ibu tadi ikut Gumarang ta?tanya si Bapak petugas
                "Iya, Pak!" jawab ibu singkat.
                "Sekarang memang pakai kebijakan baru, Bu! jelas Bapak petugas.
Aku jadi tertarik untuk ikut obrolan ini,
                "Sejak kapan pakai AC, Pak, dulu saya naik belum pakai AC?" tanyaku.
                "Sudah lama mbak! jawab si Bapak.
                "Sekarang, seluruh kereta menggunakan AC!" tambah si bapak.
                "Oh begitu ya, pak, berarti ekonomi juga pakai AC? tanyaku
                "Iya mbak!jawab bapak petugas
                "Bagaimana dengan KRD? Tanyaku
                "KRD masih tetap jalan cuma jadwal keberangkatannya yang dikurangi. Kalau dulu berangkat pagi dari sini, sekarang keberangkatan dari surabaya sampai cepu itupun siang sekitar jam 10-an dan balik lagi ke surabaya sekitar jam 2. Sekarang ada KRD express!" jelas si bapak petugas.
                "Berapa harganya, pak?
                "20000!"
                "Mahal sekali ya!" kataku.
Sebenarnya masih banyak pertanyaan yang ada di benak tapi sudah disela oleh ibu tadi,
                "Tadi saya duduk di bawah AC dan airnya netes jadi kami tidur di bawah! adu si ibu.
                "Lha ibu tadi tidak bilang sama petugas kalau ibu tadi bilang maka akan langsung diperbaiki. Kalau sekarang ada aduan seperti ini pasti disana langsung diperbaiki karena memang sistemnya sekarang lebih baik daripada yang dulu.
                "Kalau anggota 50% ya, pak?" tanya ibu itu.
                "Iya, bu, tapi khusus anggota bukan untuk keluarganya, keluarganya tetap harga biasa." kata si bapak.
                "Saya dulu pernah memakai kartu ayahnya dan saya harus bayar 50% lagi diatas kereta!"Kata ibu tadi.
                "Tapi ibu dapat buktinya, kan?" tanya si bapak.
                "Iya pak saya dapat kertas biru kecil! Jelas ibu tadi.
                "Kalau tidak dapat tanda bukti ibu bisa melapor! jelas ibu tadi.
                "Oh iya pak, kalau meng-cancel tanggal keberangkatan di kenai denda berapa persen? tanya si ibu.
                "25% bu! jawab petugas tadi
                "Berarti bisa ya pak soalnya saya takut kalau tidak jadi berangkat sesuai dengan tiket saya." jelas ibu tadi.
                "Ibu sudah pesan tiket apa belum?" Tanya si bapak.
                "Oh sudah pak kemarin beli sekalian!" Jelas ibu tadi.
                "Permisi bu saya harus kembali ke kantor!" Bapak itu berdiri meninggalkan kami padahal aku masih banyak pertanyaan untuk bapak petugas tadi.
Waktu sudah menunjukkan pukul setengah 5, ibu tadi pindah ke ruang tunggu depan karena HPnya mati biar memudahkan untuk melihat kedatangan penjemputnya. Now, aku sendiri menunggu tapi untungnya masih ada tukang ojek yang ramah, kami pun asyik ngobrol.
                "Mana mbak rumahnya?" Tanya Bapak ojek.
                "Dekat sini, pak!” Jawabku
                "Oh, ibu tadi istrinya polisi ya mbak?"
                "Iya, pak!"jawabku
                "Saya pikir mbak saudaranya!
                "Oh bukan pak saya ketemu ibu tadi di kereta! jawabku menjelaskan
                "Istrinya polisi!" kata bapak ojek dengan senyum misterius
                "Kenapa, pak? tanyaku penasaran
                "Biasanya polisi itu kalau sudah pensiun pasti penyakitnya stroke, asam urat, darah tinggi, dan jantung hanya sekitar itu-itu saja." Kata bapak itu.
Aku hanya mendengarkan saja,
                "Harus mengumpulkan uang dua koper untuk persiapan sakit." kata bapak ojek lainnya.
                "Dan anaknya biasanya "Nganggrang" (tidak berhasil,red)." Kata bapak itu.
                "Itu tetanggaku, anaknya hanya keluyuran saja, tidak jelas mau jadi apa, nakal amat dia itu!" Kata bapak ojek satunya.
                "Pokoknya orang mau jadi apa itu sesuai dengan apa yang dimakan, makanya kalau cari duit itu harus yang halal jangan mengambil hak orang lain."kata bapak ojek satunya agak emosi kedengarannya.
                "Polisi itu selalu jelek dimata masyarakat karena sikapnya itu, dimanapun polisi itu selalu berhadapan dengan mahasiswa, entah kalau tidak ada mahasiswa." Kata bapak ojek tersebut.
                "Saya pernah mengalami kejadian yang buruk mbak terkait polisi, waktu itu saya sedang mengantarkan penumpang ke Jombang, penumpang saya mau ke Yogyakarta dan dia minta diantar ke Jombang tapi dia hanya ada sisa uang Rp 50000, saya pun mengantarnya dengan upah Rp 50000 tadi sekaligus menolongnya. Di tengah jalan, waktu itu sudah pukul 22:00 ternyata ada polisi, saya juga kaget ada operasi malam-malam begini. Saya di berhentikan, surat-surat lengkap tapi yang jadi masalah adalah penumpang tidak memakai helm, saya pun menunjukkan kartu anggota ngojek saya tapi tetap saja saya dimintai uang, saya memberikan uang Rp 20000 tapi tidak mau mereka minta semuanya lalu saya menjelaskan bahwa saya dibayar lima puluh ribu, dua puluh ribu saya beli bensin, dua puluh ribu saya berikan pada bapak yang sepuluh ribu saya buat pegangan pulang buat saku anak saya, tapi tetap saja semuanya diminta, akhirnya saya pulang dengan nelangsa karena tidak membawa uang seribu pun dan lebih miris lagi saya tidak bisa memberikan uang saku pada anak saya, setelah kejadian itu saya tetap mengingat dan membatinnya, setelah beberapa hari kemudian saya bercerita pada polisi kenalan saya, dan apa yang saya dengar, polisi yang meminta uang pada saya mengalami perampokan. Allah Maha adil mbak, do'a orang yang di sakiti itu mustajab lho mbak." cerita Bapak ojek tadi.
Itu salah satu cerita yang aku dapat dari tukang ojek stasiun di waktu dini hari. Pagi hari yang trenyuh mendengar cerita-cerita yang dialami oleh tukang ojek dan rakyat kecil lainnya. KRD, kereta api yang sangat murah dan merakyat dan menjadi kendaraan saya waktu masih study di Surabaya sekarang dibatasi jadwal keberangkatannya. Kereta seharga Rp 2000 ini sangatlah membantu rakyat yang memiliki pendapatan yang minimum, dengan kereta ini mengantarkan mereka ke tempat kerja dan mengantarkan mereka kembali pulang tapi sekarang harapan itu tidak ada lagi, dulu mereka masih bisa menyimpan uang hasil kerja tapi sekarang ini semakin minim uang yang disimpan karena mereka harus pindah transportasi dari kereta murah meriah ke bus, tentu harganya menjadi mahal. Orang yang berpenghasilan Rp 25000 sehari sudah habis kalau di buat naik bus, kalau dulu mereka masih bisa menyisihkan sekarang tidak lagi.
KRD telah dibatasi keberangkatannya, Ini rute KRD dari Bojonegoro menuju Surabaya yang dulu : Berangkat dari stasiun Babat (kereta bermalam di stasiun ini) pukul 05:00 sampai di Surabaya pukul 07:00, Pukul 09:35 kereta berangkat menuju Bojonegoro, Pukul 13:00 berangkat dari Bojonegoro ke Surabaya, pukul 16:30 kereta berangkat dari Surabaya ke stasiun babat ini adalah perjalanan terakhir, sedangkan sekarang jadwalnya Pukul 14:00 berangkat dari stasiun Babat menuju Surabaya dan keesokan harinya kereta berangkat dari Surabaya menuju bojonegoro itulah jadwal yang aku dapat dari tukang ojek yang mangkal di stasiun.
KRD dibatasi jadwal keberangkatannya ini hasil demo rakyat kepada Bupati, alhamdulillah sekarang dijalankan kembali meski keberangkatannya di batasi. Sekarang yang diprioritaskan adalah KRD express dengan harga yang cukup mahal, yakni Rp 20000, bagi yang kaya sich tidak masalah lalu bagaimana dengan orang yang berpenghasilan minim?

Dunia saat ini, yang berbicara adalah uang, siapa mempunyai uang yang banyak maka dia mendapat prioritas utama tapi ketika pemilu, rakyat kecil mendapat prioritas utama. Semoga suatu hari nanti akan ada kebijakan yang lebih memprioritaskan rakyat.

Do'aku Untukku



Ya Allah..Ya Rahman..Ya Malik..Ya Quddus..Ya Salam
Yang Maha Adil dan Maha Bijaksana
segala sesuatu di dunia ini berjalan atas kehendakmu
Allahumma shalli 'ala muhammad wa 'ala ali muhammad
kama shallaita 'ala ali ibrahiim
wa barik 'ala muhammad wa 'ala ali muhammad
kama barakta 'ala ali ibrahiim
fil'alami na innaka hamidun majiid..
Ya Allah ampunilah dosa-dosaku yang lalu atau yang akan datang
Ya Allah tetapkanlah imanku dalam kondisi apapun
Ya Allah berikanlah petunjukmu agar hamba selalu berada dalam jalan lurusmu
Ya Allah tidak ada rahasia yang bisa ku sembunyikan dari-Mu
Engkau Maha mengetahui segalanya apa yang terbaik dan buruk bagi ku..
Ya Allah mudahkanlah lisanku untuk berbicara dalam kebaikan
Ya Allah berikanlah rahmat dan hidayahmu setiap detik perjalanan hidupku ini
Ya Allah berikanlah kepada hamba rezeki yang halal
Rabbigh firli wa liwaa lidayya
Warhamhumaa kamaa rabbyani shaghiraa
Rabbanaa aatinaa fiddunya khasanah
Wa fill akhirati khasanah
Wa qinaa ‘adza bannar
Amin..amin..ya rabbal 'alamin


Senin, 27 Januari 2014

Bu Muinah yang ku kenal


Empat puluh tujuh tahun silam, beliau lahir di muka bumi ini dan menjalani kehidupan yang keras ini. Beliau tidak terlahir di tengah-tengah keluarga yang kaya raya tapi beliau hadir di keluarga yang pas-pasan dalam mencukupi kebutuhan hidup. Bukan kota tapi desa, bukan keramik tapi tanah, bukan tembok tapi bilik bambu, itulah tempat tinggal beliau sejak dilahirkan. Beliau memiliki lima orang saudara tapi dua orang telah meninggal.
Sejak kecil, beliau telah diajarkan bagaimana caranya untuk bertahan dalam mengarungi kehidupan yang keras ini. Sejak anak-anak beliau sudah diajarkan untuk bekerja dengan ikut sang ibu dan bapak ke sawah sehingga ketika dewasa telah menjadi orang yang biasa akan hidup dengan bekerja keras. Sebelum menikah beliau pernah bekerja di Surabaya selama tiga tahun lamanya, pekerjaan yang digeluti adalah mengobras pakaian dengan upah Rp 15000/bulan, ditahun ke-tiga gaji beliau naik menjadi Rp 25000/bulan.
Setelah tiga tahun bekerja beliau harus pulang karena menikah dengan pemuda desa. Setelah menikah hingga saat ini beliau memutuskan untuk bekerja sebagai pedagang sayur keliling dari desa satu ke desa  lainnya. Sang suami bekerja sebagai petani, menggarap sawah sendiri dan sebagai buruh tani. Beliau bekerja sebagai pedagang sayur keliling untuk membantu perekonomian keluarga lumayan hasilnya bisa untuk makan sehari-hari.
Ketika adzan subuh berkumandang, beliau bangun dan mandi tanpa menghiraukan dingin yang begitu menggigit, bersiap-siap untuk ke pasar. Sebelum ke pasar beliau memasak untuk sang suami karena suaminya juga akan ke sawah di pagi hari. Setelah makanan sudah tersaji beliau sia-siap untuk berangkat ke pasar. Mengecek sepeda tuanya, apa kurang angin atau tidak, memasang bakul di bagian belakang sepeda sebagai tempat sayuran yang dibelinya di pasar. Hari masih gelap beliau mengayuh sepeda tuanya menuju pasar, sepeda yang dinaiki bukanlah sepeda yang layak pakai karena tidak ada rem yang pakem terpasang, sebagai gantinya sandal bekas yang ditaruh di bagian depan ban belakang ban sepeda, beliau akan menginjaknya ketika akan me-ngerem, syerem dech membayangkannya.


Setelah sampai di pasar beliau akan segera memenuhi bakul besarnya dengan sayur, lauk pauk, bumbu, buah, dan jajanan pasar. Dengan berbekal uang Rp 200000 beliau membelanjakan semuanya. Setelah penuh bakulnya beliau akan mengayuh sepedanya kembali, kali ini bebannya berat karena ditambah dengan barang jualan tapi beliau tidak mengeluh tanpa memedulikan matahari yang memanggang tubuhnya. Beliau berhenti di setiap rumah yang sudah menjadi langganannya. Jika keberuntungan berpihak pada beliau maka beliau akan pulang cepat tidak perlu jauh-jauh untuk menjajakan barang dagangannya tapi kalau lagi sepi beliau akan berkeliling kembali untuk menjajakannya, kadang-kadang barangya masih dan dibawa pulang untuk dimasak sendiri atau dijajakan keesokan harinya.
Sekitar pukul 09:00 beliau tiba di rumah, sesampai di rumah beliau beristirahat dan menghitung uang hasilnya pagi ini.
                "Dapat berapa, bu?" Tanyaku
                "Halah mbak,tak seberapa, ya dapat Rp 200000 mbak orang tadi bawa uangnya cuma Rp 200000." Jelas beliau.
                "Untungnya, bu?" tanyaku lagi
                "Berapa sich mbak yang penting bisa bawa lauk untuk dimakan, mbak. Paling maksimal juga dapat Rp 20000." Jelas beliau sambil mengurut kakinya.
                "Untung mbak, masih bisa kerja begini jadi masih bisa ikut arisan hehehehe." lanjut beliau.
Dengan uang dua ratus ribu beliau mendapat untung dua puluh ribu tiap harinya, dengan uang ini beliau bisa membantu suami dalam mencukupi kebutuhan keluarga. Jika masa tanam telah berakhir maka sang suami menganggur dan hanya beliau yang menjadi tulang punggung keluarga. Untuk bayaran sekolah anak-anakya, beliau mengandalkan hasil panen,beliau tidak akan menjual hasil panen jika anak-anak tidak meminta uang bayaran sekolah.
Sore harinya beliau masih harus menagih kembali uang yang belum dibayar ke rumah-rumah orang yang telah membeli dagangan beliau. Meski telah dikasih kelonggaran waktu dalam membayar belanjaan sampai sore hari, tetap saja masih ada yang masih sembunyi apabila di tagih, kasihan beliau hanya memperoleh uang sedikit. Alhasil keesokan harinya beliau membawa uang kurang dari dua ratus ribu.

Begitulah keseharian yang digeluti oleh bu Muinah hingga kini. Di usianya yang tidak lagi muda, beliau masih berjuang untuk membantu mencukupi kebutuhan keluarganya. Dengan kerja kerasnya ini beserta sang suami telah mengantarkan putrinya untuk mengenyam pendidikan. Dengan kehidupan yang sederhana mereka telah mencetak generasi yang luar biasa pribadinya, semoga anak-anaknya kelak akan mengantarkan kedua orang tuanya ke tempat yang lebih indah dan pensiun dari kerja keras ini.

Minggu, 26 Januari 2014

untuk kawan yang aku jumpai




Indahnya hari ini tak seperti waktu bersamamu
Cerahnya hari ini tak secerah bersamamu
Renyahnya tawa ini tak serenyah tawa bersamamu
Aku begitu merindumu
Tahu kah kau?
Mengenalmu adalah hal yang terindah dalam hidupku
Meski hanya sebentar tapi sungguh sangat berbekas
Tahu kah kau?
Hari-hari yang telah kita lalui bersama
Selalu menyimpan kenangan yang terindah
Dan sampai hari ini kenangan itu masih tersimpan rapi dalam memoriku
 hari ini
Kenangan itu menyeruak satu-persatu
Terurai keping demi keping
Mengingatkan kembali tentang kebersamaan kita
Hari-hari indah bersama
Menikmati indahnya malam
Menyusuri jalan tanpa ada tujuan
Melintasi kota demi kota
Tertawa bersama
Menonton bersama
Nongkorong di pinggir jalan
Ngisengin orang
Dan hal yang paling aku suka adalah saat kita curhat
Menceritakan apa yang telah menyesakkan dada
Dengan begitu kita bisa memahami masing-masing
Tidak jarang pula kita bertengkar
Tidak secara fisik memang
Meski hanya lewat kata dan perubahan sikap
Masing-masing dari kita memahami bahwa kondisi sedang baik
Namun itu tidak berlangsung lama
Maafkan aku telsh menyakitimu
Tahu kah kau?
Meski hanya seumur jagung
Semuanya begitu indah

KAWAN
Terima kasih atas segalanya
KAWAN
Maaf, jika telah menyikitimu

Untuk kawan-kawan di benua yang berbeda, perjumpaan ini terlalu singkat tapi banyak arti. Semoga suatu hari nanti kita akan jumpa lagi….:)