Kamis, 30 Januari 2014

Teman selama perjalanan



Sudah lama tidak pulang kampung memakai jasa kereta api, kali ini aku berniat untuk menggunakan jasa kereta api. Seperti biasanya sebelum membeli tiket kereta api harus menjalankan ritual yang amat sangat penting yaitu, mengisi formulir terlebih dahulu. Tanggal keberangkatan dan nama kereta api sengaja tidak diisi karena untuk mengantisipasi jika tiket tidak tersedia, karena formulir tidak boleh dicoret.
                "Lho mbak tanggalnya kok belum terisi?".kata seorang bapak begitu melihat formulirku.
                "Oh sengaja pak, karena biar tidak ganti-ganti formulir lagi apabila tiket tidak tersedia." kataku menjelaskan.
Begitu tiba giliranku ternyata benar prediksiku,
                " Kereta apa mbak yang tersedia untuk besok ke Surabaya?" tanyaku pada petugas.
                " Oh sebentar ya mbak saya check dulu."kata petugasnya.
Selang 1 menit kemudian mbaknya bilang,
                "Ke Surabaya besok tidak ada mbak sudah penuh."kata petugasnya.
                "Kalau begitu untuk sabtu kereta apa yang ada?" tanyaku kali ini dengan sedikit panik.
Menunggu dengan hati yang berdebar-debar seperti nunggu hasil ujian,
                "Ada Gumarang mbak." kata petugasnya
                "Ya sudah mbak saya ambil Gumarang." kataku dengan lega.
                "Berapa mbak?" aku menanyakan harganya.
                "Rp 240000 mbak." jawab petugasnya.
Alhamdulillah sedikit lega akhirnya mendapatkan tiket untuk pulang kampung. Beberapa waktu yang lalu aku juga naik Gumarang ketika pulkam (pulang kampung) tapi harganya tak melonjak seperti sekarang, terakhir kali naik dari Jakarta harganya Rp 160000 tapi kali ini sudah mencapai 200-an lebih.
Tepat hari sabtu pukul 14:30 aku berangkat menuju stasiun, sesampai di stasiun aku menunggu seorang teman untuk sekedar cipika-cipiki sebelum pulang. Sepuluh menit kemudian dia datang, sambil nunggu keberangkatan kereta kami asyik ngobrol,
                "Berapa kak harga tiket ke Surabaya?" tanya Ira padaku.
                "Rp 240000, Ra, entahlah kenapa harga tiket ke Surabaya begitu mahal." jawabku
                "Kira-kira kenapa ya?tanyanya lagi
                "Iya ya kenapa, Yogyakarta aja hanya Rp 140000, lebih murah kan?
Aku masih belum tahu kenapa harga tiket begitu melonjak, saat pengumuman bahwa kereta sudah datang dan penumpang di harapkan untuk masuk ke dalam peron aku pun masih memikirkannya. Setelah pemeriksaan tiket langsung menuju peron. Wah full nich nanti kelihatannya, pikirku.
Begitu masuk dalam kereta dan menata barang bawaan aku baru menyadari t kondisi kereta, ternyata ber-AC, aku pun bertanya pada ibu yang duduk di seberang,
                "Ini bisnis atau eksekutif?" tanyaku parno
                "Oh ini bisnis mbak." jawab ibu itu singkat.
Alhamdulillah, maklumlah sedikit parno karena barang yang ku bawa banyak tidak lucu kan kalau salah tempat duduk bisa kerja dua kali. Terakhir naik Gumarang kelas bisnis tidak ber-AC seperti sekarang ini. Bangku disamping masih kosong aku berharap ini akan kosong selama perjalananku. Stasiun-stasiun berikutnya bangku di samping masih kosong, alhamdulillah do'aku terkabul sepanjang ini. Aku mengamati penumpang, ibu yang ada di seberang yang ku tanya ibunya agak-agak eksklusif gitu, pasang tampang jutek gitu. Justru ibu yang welcome adalah ibu yang ada di depannya, kami ngobrol akrab meskipun bangkunya agak berjauhan.
Karena bangku disampingku masih kosong so aku tidak punya teman untuk diajak ngobrol, nyamannya tempat duduk karena tidak ada yang mengganggu tapi aku merasa sepi. Mengusir sepi dengan bermain laptop aku berusaha membuat senyaman mungkin perjalananku ini. Menulis blog dan posting, buka akun FB(facebook) dan media social lainnya yang aku punya. Beruntung aku karena FB begitu rame apalagi group rumpian 3E. Sayang tidak ada colokan seperti kereta senja utama Yogyakarta, jadi aku hanya bisa menggunakan laptop tercinta sebatas baterai, ketika baterai habis aku harus mengakhiri percakapan melalui dunia maya. Setelah baterai laptop habis aku ganti dengan HP, lumayanlah aku masih bisa berselancar di dunia maya dengan HP meski HP ini tidak canggih-canggih amat.
Bermain dengan gadget-gadget ini membuat mataku mulai meredup di tambah lagi tempat duduk yang kosong jadi membuat aku semakin nyaman untuk tidur. Aku merebahkan tubuhku dengan kaki sedikit tertekuk, hmm nyaman.
Pukul satu dini hari aku bangun dan mengganti posisi tidur dengan duduk, alhasil bapak yang ada di depan sana duduk disampingku karena tempatnya yang sempit membuat dia pindah ketempatku,
                "Permisi mbak bisa saya duduk disini?" tanya si bapak
                "Oh silahkan! jawabku
Setelah itu kami hanya terdiam dan melanjutkan tidurku karena memang mata ini masih berat. Meskipun ngantuk aku hanya mampu tidur selama 30 menit karena keadaan sekitar berisik, penumpang-penumpang banyak yang turun ternyatata sudah hampir sampai di cepu.
                "Turun mana mbak?" tanya si bapak.
                "Babat, pak! jawabku singkat
Ibu yang duduk di seberang menyela,
                "Wah cepat ya mbak sudah hampir sampai Cepu." kata ibu itu
                "Iya bu! jawabku
                "Biasanya jam segini baru sampai di Semarang!" jelas ibu tadi
                "Mbaknya Jakarta asli? tanya si bapak
                "Oh bukan!" kataku.
                "Jakarta tinggal dimana, mbak?" tanya ibu tadi
                "Di depok, bu! jawabku
                "Kuliah mbak?" tanya ibu lagi
                "Alhamdulillah iya bu!" jawabku
                "Anak saya yang pertama juga kuliah!" jelas ibu tadi
                "Oh ya, dimana?" tanyaku
                "Di dekat Senen swasta kok mbak!" jawab sang ibu
                "Ibu tinggal dimana di Jakarta?"
                "Di daerah Menteng!
                "kerja apa bu? tanyaku penasaran
                "Ibu ini perawat dan istri polisi, mbak!" bapak yang disamping yang menjawab.
Akhirnya kami ngobrol bertiga, begitu akrab. Si ibu bercerita kalau memilki empat orang anak, dua perempuan dan dua orang laki-laki. Yang pertama kuliah yang kedua dan ketiga masih duduk dibangku SMP(Sekolah Menengah Pertama) dan yang terakhir masih kelas satu SD(Sekolah Dasar). Si kecil ini kembar tapi kembarannya meninggal karena waktu dalam kandungan perkembangan janinnya sangat lambat dan begitu lahir beberapa hari dia meninggal. Sedangkan si kecil ini memiliki kelainan seperti cacat mental oleh sebab itu dia merasa tidak percaya diri tapi tidak begitu kentara. Setelah bercerita ibu tadi membangunkan si kecil karena 30 menit lagi sampai di stasiun Babat.
                "Barangnya banyak kok tidak bawa pembantu sich mbak?" canda bapak yang ada di sampingku.
                "Walah pak entar saya bayar lebih mahal dong pak!" candaku kembali
                "Sini mbak saya bantuin mengeluarkan kopernya, nanti mbaknya jalan keluar saja biar saya yang nurunin kopernya."kata bapak tadi
                "Alhamdulillah, bapak baik dech hehehe!" candaku
Tanpa diminta si bapak tadi bercerita,
                "Lebih tinggi saya daripada suaminya ibu tadi! kata si bapak
Aku mencerna kata-katanya,
                "Oh jadi bapak polisi juga, jadi sekarang juga polisi dong? tanyaku
                "Oh sudah tidak, saya sudah keluar! jawab bapak tadi.
                "Pensiun dini maksudnya? tanyaku penasaran.
                "Iya mbak! katanya
                "Sekarang sibuk apa?" tanyaku
                "Saya sibuk keluyuran." kata bapak tadi
                "Saya itu berburu barang-barang antik. Ini juga sedang berburu batu delima, orang yang memilikinya apabila 'di bacok' tidak mempan. Kemarin juga di praktekan tapi saya kalah 50juta sekarang pulang tinggal bawa satu juta." jelas bapak tadi
                "Kira-kira berapa pak harganya?tanyaku tertarik.
                "Harganya 500juta, ini harga yang mustahil tentunya bagi orang yang awam! kata si bapak.
                "Banyak teman saya yang protes buat apa buang-buang duit untuk hal yang semacam itu."Kata bapak tadi.
                "Istri saya sering marah-marah pada saya karena sering kalah." tambah bapak tadi.
                "Sulit dijelaskan tapi ini adalah masalah kepuasan, mbak."Kata si bapak.
Pembicaraan kami terpotong karena stasiun Babat sudah sampai. Bapak tadi membantu mengangkat koper.
                "Alhamdulillah, terima kasih bapak, sampai jumpa kembali!" kataku
                "Iya mbak hati-hati ya mbak!"bapak tadi.
Aku melangkah bersama dengan ibu tadi,
                "Bapak tadi itu polisi mbak tapi di keluarkan." jelas ibu tadi
                "Lho katanya pensiun dini."kataku

Setelah itu kita hanya saling diam. Setiap perjalanan pasti akan bertemu dengan banyak orang yang memiliki sifat-sifat yang berbeda, tapi hanya sedikit dari sekian banyak orang yang nyaman untuk diajak bicara dan nyambung. Yang enak diajak bicara belum sepenuhnya jujur kecuali kalau bisa dibuktikan omongannya. Menurut analisa saya, si bapak tadi benar kalau dia memang kolektor barang-barang antik karena ada buktinya tapi kalau untuk pensiun dini aku lebih percaya pada ibu tadi karena waktu aku bertanya pada bapak tentang pensiun dini beliau hanya menganggukkan kepala. Itu hanya analisa saya, belum tentu benar tapi yang pasti bertemu seseorang yang baik dalam perjalanan adalah sangat menyenangkan sekali.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar